Selain menjadi media perkenalan,
mini zine juga menjadi sarana bagi peserta untuk menyampaikan harapan terhadap
Kamaba. Beberapa peserta menggambar rumah, simbol pelukan, bintang, atau
menuliskan pesan sederhana yang menggambarkan keinginan agar Kamaba dapat
menjadi tempat bernaung yang hangat di perantauan.
“Aku di sini menggambar rumah,
karena aku berharap Kamaba bisa menjadi rumah bagi mahasiswa Blora yang berada
di Jogja,” tutur Ika Wahyu Septyani Putri, salah satu pengurus yang
mengikuti kegiatan.
Menariknya, kegiatan ini juga
menolak stigma bahwa laki-laki tidak bisa atau enggan bercerita. Beberapa
peserta laki-laki turut aktif menggambar dan menceritakan pengalaman pribadi
mereka dengan terbuka. Melalui zine, salah satu peserta bahkan mengungkapkan
ketakutannya terhadap adiknya. Hal ini menunjukkan bahwa ruang Kamaba bukan
hanya wadah berbagi kreativitas, tetapi juga tempat aman bagi siapa pun untuk
bercerita tanpa batasan gender.
Melalui kegiatan ini, suasana
kebersamaan tampak terbangun secara alami. Para anggota, pengurus, dan
mahasiswa baru saling membaur tanpa sekat. Mereka tidak hanya berbagi karya,
tetapi juga membentuk koneksi emosional yang erat. Momen tersebut menjadi ruang
pertemuan hangat di mana identitas dan latar belakang berbeda dipertemukan
dalam semangat yang sama: menjadi bagian dari keluarga besar Kamaba.
Kegiatan ditutup dengan refleksi
bersama dan sesi foto. Koordinator kegiatan, Andika Saputra,
menyampaikan bahwa Gathering & Sharing akan menjadi agenda rutin
Kamaba YK untuk mempererat hubungan antaranggota melalui medium kreatif.






.jpg)
.jpg)